Jumat, 02 Maret 2018

Artikel - Antara Cinta dan Kebahagiaan

img_2958.jpg (1088×1088)







Antara Cinta & Kebahagiaan
Di era globalisasi ini, semua informasi berkembang lebih cepat dengan adanya bantuan teknologi, seperti halnya Smartphone. Banyak informasi di peroleh melalui internet, yang di abad 20 ini berkembang sangat pesat. Dengan berkembangnya informasi yang lebih aktual, banyak membuat dampak psikis bagi yang mengkonsumsinya. Sesuatu yang awalnya menjadi fitrah manusia, kemudian terkontaminasi virus yang diakibatkan karena dampak dari proses globalisasi tersebut. Diantara yang sering terjadi yaitu rasa cinta, banyak masyarakat mengasumsikan bahwa pacaran merupakan wujud dari rasa cinta itu sendiri. Yang lebih parahnya lagi banyak remaja yang terjebak karena rasa cinta itu, sehingga mengakibatkan tindakan yang tidak terpuji. Misalnya, bunuh diri, pemerkosaan, dan membunuh kekasihnya dengan alasan karena sakit hati karena cinta.
            Cinta itu sendiri merupakan sesuatu yang fitrah, yang setiap manusia memilikinya. Karena dengan rasa cinta itu, manusia bisa saling terikat batinnya. Sehingga dapat memicu tindakan yang maslahat bagi sesama. Ada sedikit tanggapan dari mahasiswa mengenai apa itu definisi dari cinta. Cinta merupakan sebuah perasaan yang terdapat di dalam hati seseorang, dan akan merasa bergetar hatinya apabila didekatnya atau sekedar mendengar namanya sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan dan keyakinan terhadapnya.
Menurut Rabi’ah Al-‘Adawiyah cinta adalah ungkapan kerinduan dan gambaran perasaan yang terdalam. Siapa yang merasakannya, niscaya akan mengenalinya. Namun, siapa yang mencoba untuk menyifatinya, pasti akan gagal. Sedangkan menurut Abraham Maslow menyatakan jika cinta merupakan proses aktualisasi diri yang mana dapat membuat orang melahirkan beragam tindakan-tindakan yang kreatif dan produktif. Dengan adanya cinta, maka seseorang akan mendapatkan kebahagiaan jika mampu membahagiakan orang lain yang dicintainya.
Sesuai dengan uraian tersebut  diatas, cinta dapat diartikan sebagai sebuah ungkapan kerinduan dan perasaan yang terdalam yang dapat membuat seseorang melakukan tindakan yang kreatif dan produktif sehingga dapat membuat seseorang itu merasakan bahagia jika mampu membahagiakan yang dicintainya.
Dalam ungkapan diatas, cinta adalah salah satu faktor yang dapat membuat seseorang merasakan bahagia. Tapi cinta yang seperti apa, yang membuat orang bahagia? Apakah cinta seperti orang pacaran. Sampai ada istilah cinta monyet dan cinta lokasi. Itu hanyalah cinta sesaat, yang dapat membuat seseorang merasa gundah ketika tidak bersama orang yang dicintainya.
Kecintaan yang benar mempunyai konsekuensi bagi orang yang mencintai untuk mengikuti orang yang dicintai. Mengikuti semua apa yang disenangi, baik ucapan, perbuatan, maupun keyakinan. Barang siapa yang mencintai Allah dan Rasul-Nya dengan benar, maka Allah akan menjadikannya mencintai apa yang dicintai Allah dan Rasul-Nya. Ini semua terefleksi dalam perilakunya.
Allah swt. Berfirman, “Katakanlah, ‘Jika kamu [benar-benar] mencintai Allah, ikutilah aku niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. “Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Ali Imraan : 31).
Cinta terhadap Allah dan Rasul-Nya merupakan cinta yang haqiqi. Yang dapat membuat hati seseorang bahagia, karena ketenangan adalah salah satu kebahagiaan jiwa.
Berbicara mengenai bahagia, ada beberapa kunci dari kebahagiaan itu sendiri, diantaranya:
1) Hati yang selalu bersyukur
Syukur adalah pujian bagi orang yang telah memberikan kebaikan. Rasa syukur akan menunjukan adanya nikmat yang diberikan Allah atas dirinya. Syukur dirasakan dalam hati dan diwujudkan dalam sebuah tindakan yang berupa banyak beribadah kepada Allah.
“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali kali bukanlah dia termasuk orang orang yang musyrik, Dan ia senantiasa mensyukuri nikmat Allah, Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus.“ (Q.S. An Nahl: 120-212)

2) Pasangan hidup yang sholehah
Jomblo atau single itu terkadang dapat menjadi dilema. Tapi jomblo dan single itu berbeda lho! Kalau jomblo itu nasib, tapi kalau single itu prinsip. Hehehe. Siapa sih didunia ini yang tidak mau memiliki pasangan hidup yang sholehah?
Coba bercerminlah anda, sudahkah anda sholeh? Jika belum, perbaikilah terlebih dahulu diri anda. Karena pasangan hidup yang sholehah adalah cerminan diri sendiri.
“Wanita wanita yang keji adalah untuk laki laki yang keji, laki laki yang keji untuk wanita yang keji pula. Wanita yang baik untuk laki laki yang baik dan laki laki yang baik untuk wanita yang baik pula…” (Q.S. An Nuur: 26)

3) Memperoleh harta yang halal
Harta yang diperoleh dengan cara yang halal akan menjadi awet dan berkah untuk masuk ke badan kita, tapi kalau harta tersebut diperoleh dari cara yang tidak halal maka siap siap saja harta itu dicabut dengan mudahnya. 
Seorang ayah berkewajiban menafkahi istri dan anak anaknya dengan harta yang halal. Keluarga yang diberi makan dari rejeki yang halal mereka akan tumbuh dengan baik, tapi jika harta haram yang masuk maka bisa saja kehidupan menjadi tidak harmonis dan sering terjadi pertengkaran.
“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu dan bertawakalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.” (Q.S. Al Maidah: 88)

4) Umur Yang Barakah
Salah satu takdir yang tidak bisa dihindari yaitu kematian. Allah sudah menetapkan tanggal kematian masing-masing orang jadi tidak ada yang bisa sembunyi dari kematian. 
Umur seseorang tidak ada yang tau, tapi alangkah baiknya jika umur yang jumlahnya tersembunyi itu dimanfaatkan dengan sebaik mungkin hingga tidak menyesal saat waktu sudah habis.
Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu, dan diantara ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Maha Kuasa.” (Q.S. An Nahl: 16, 70)

5) Anak dan keturunan yang sholeh
Siapa yang tidak bahagia kalau memiliki anak yang sholeh??
Setiap orang tua menginginkan anaknya tumbuh menjadi anak yang sholeh dan juga berbakti pada orang tua.
Salah satu amal jariyah yang tidak putus amalnya walaupun orang tersebut sudah meninggal yaitu anak yang sholeh. Kenapa? Karena anak yang sholeh nanti bisa diharapkan untuk mendoakan kedua orang tuanya. Siapa yang untung? Jelas orang tua lah yang beruntung.
Anak adalah aset yang paling berharga, tapi ada juga anak yang membangkang orang tua. Penyebab anak melawan orang tua harus diketahui betul, mungkin saja dia membangkang bukan salah dirinya sendiri. Yukk berdoa supaya punya anak yang sholeh,
“Yaa Robb kami, anugerahkanlah kepada kami, istri istri kami, dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang orang yang bertakwa.” (Q.S. Al Furqon; 74)

6) Tidak tamak dunia dan selalu siap mati
Apa itu tamak? Tamak adalah sifat kebendaan atau sifat ingin memiliki segala sesuatu yang ada di dunia ini. Sifat rakus ini tidak akan ada habisnya sehingga tidak akan membuat orang menjadi bahagia, dia akan diburu nafsu untuk memenuhi segalanya.
Janganlah tamak, karena itu kunci kebahagiaan menurut Islam. Ketamakan itu hanya akan membuat hati menjadi tersiksa merasa kurang dan kurang terus menerus. Cobalah bersyukur dengan yang dimiliki. Berusaha semaksimal mungkin dan menyerahkan hasilnya pada Allah semata.
Tidaklah dua ekor srigala yang lapar dikirimkan pada seekor kambing itu lebih berbahaya dari pada tamaknya seseorang pada harta dan kedudukan dalam membahayakan agamanya.” (H.R. At Tirmidzi)

7) Bersahabat dengan orang sholeh
Kunci kebahagiaan menurut Islam yang terakhir dibahas disini yaitu ketika seseorang berteman dan memiliki sahabat yang sholeh. Melihat sahabatnya saja sudah mengingatkan diri akan agama, mendengar tutur katanya yang menasehati dan lembut sehingga hati menjadi luluh dan mengingat akan Allah.
Bersyukurlah ketika memiliki sahabat yang seperti itu, bukan malah sahabat yang selalu mengajak berfoya foya dengan kesenangan duniawi. Teman sangat berpengaruh pada kualitas iman yaa, iman bisa naik karena teman, iman pun bisa turun karena pengaruh teman.
“Seseorang yang berteman dengan orang sholeh dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan dan pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” (H.R. Bukhari dan Abu Musa)
            Allah Maha Membolak balikkan hati hambanya, dikala gelisah dan gundah. Dan hanya kepada-Nya lah tempat berserah diri. Sehingga ketenangan hati didapatkan ketika mengingat-Nya. Cinta sesungguhnya bukanlah hanya mencintai makhluknya, tetapi cinta yang haqiqi adalah cinta kepada Allah dan Rasul-nya. Cinta terhadap makhluknya seharusnya dapat membuatnya lebih mendekatkan hati kepada sang khalik, itulah yang dinamakan cinta karena Allah.
Sedangkan kebahagiaan cinta itu didapatkan dengan ilmu, “Barangsiapa yang menginginkan dunia maka hendaklah berilmu. Barangsiapa yang menginginkan akhirat, maka hendaklah dengan ilmu. Barangsiapa yang menginginkan keduanya, maka hendaklah dengan ilmu.”
            Cintailah seseorang itu dengan sekedarnya, dan cintailah Allah dan rasul-Nya dengan segenap kesungguhanmu. Karena itulah sumber kebahagiaan dalam menjalani kehidupan yang penuh lika-liku ini.

Penulis : Imam Kurniawan


0 komentar:

Posting Komentar

 
;